Friday, March 17, 2017

Antara Memaafkan dan Ngeles

Memaafkan atau ngeles?

Memaafkan atau membela diri?

Mana yang lebih utama, membalas atau memaafkan orang yang berbuat buruk kepada kita?.
Sebab Alloh SWT mewahyukan :

والذين إذا أصابهم البغي هم ينتصرون

"Dan (bagi) orang orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zhalim mereka membela diri. "
(Asy-Syuro,42:39)

Dan dalam ayat yang lain Alloh SWT mewahyukan :

فمن عفا وأصلح فأجره على الله

"Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Alloh SWT. "
(Asy-Syuro, 42:40)

Sayyid Iddrus bin 'Umar Al-Habsyie ra berkata :

Sebenarnya yang lebih utama adalah memaafkan, tetapi kadang kala membela diri menjadi lebih utama jika yang berbuat buruk adalah orang kafir.
Kita tidak boleh menyerah kepada orang kafir, bahkan wajib melawannya sekuat tenaga.
Sebab menyerah kepada orang kafir akan melemahkan Islam, melukai hati dan menghina kaum muslimin.
Kita diizinkan untuk menyerah atau membela diri kepada seorang Muslim.
Tetapi memaafkan jauh lebih utama selama tidak menodai salah satu kehormatan agama.
Jika kehormatan agama ternodai, maka kita tidak boleh menyerah dan wajib membela agama Alloh SWT, bukan karena hawa nafsu.

Iddrus bin 'Umar Al-Habsyie, An-Nahrul Maurud min Faidhil Karam wal jud, t.t.,t.p.,manuskrip.

Sayyid Iddrus bin 'Umar Al-Habsyie, op.cit.,hal.42-43

Bumi bulat atau datar?

Bumi bulat atau datar?

Foto bumi dan siang malam dari angkasa menunjukkan bentuk bumi bulat.
Dalam surat Ar-Rahmaan (55) ayat 33 yang berbunyi :

[55:33] Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru (aqthar) langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kewenangan (keahlian / kekuasaan).
Perhatikan bahwa Al-Qur’an menggunakan kata “aqthar” yang diterjemahkan sebagai penjuru (region). Kata “aqthar” ini sendiri dalam bahasa arab mengandung arti diameter atau garis tengah, dan dihadirkan dalam bentuk jamak. Bentuk tunggal dari “aqthar” adalah “quthr”. Suatu bangun tiga dimensi yang memiliki “banyak” diameter adalah elipsoid atau yang cenderung menyerupai itu. Elipsoid merupakan suatu bangun yang bulat menyerupai bola dengan bentuk memipih seperti telur.

Aqthar dalam pembahasan di atas memiliki kaitan dengan kata daha yang disebutkan dalam surat An-Naziat (79) ayat 30:

Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (dahaha).
Kata Arab “Dahaha” berasal dari kata kerja “daha” yang diturunkan dari kata kerja “dahu” yang dapat berarti membentangkan, mendorong,  melemparkan, menggerakkan. Ibnu Barri mengatakan “Daha al-Ardh” berarti mendorong bumi sehingga bergerak. Juga dapat dilihat berdasarkan asal katanya “dahraj” yang berarti bergerak berputar atau berguling. Disini An-Naazi’at ayat 30 dapat diartikan “Dan sesudah itu bumi Allah gerakkan (didorong sehingga berputar)”.

Bahkan berdasarkan berbagai kamus bahasa Arab, ketika membahas mengenai “dahu” dan turunannya, walaupun memiliki banyak arti seperti membentangkan, mendorong, melemparkan dan menggerakkan, akan tetapi kata-kata kerja itu selalu berkaitan dengan benda yang bentuknya bulat, seperti telur, kerikil, dan mainan berbentuk bulat. Orang yang memiliki perut buncit, disebut perutnya mundahun. Ibu kota Qatar, Doha, juga memiliki akar kata daha yang berarti seperti bentuk payung. Juga “idhiyya” atau “adhiyyah” yang diartikan dengan sarang burung onta yang dibuat dengan mengais-ngais pasir dengan kedua kakinya untuk meletakkan telur-telurnya.

Bentuk bumi bulat pepat dalam al -Qur’an. Diameter bumi lebih pendek pada kedua kutubnya dibandingkan dengan pada katulistiwa. (Catatan: Gambar di atas tidak dibuat sesuai skala, hanya untuk menunjukkan perbedaan diameter saja.)
Terlihat bahwa kata daha berhubungan dengan sesuatu yang berbentuk bulat atau sejenisnya. Seperti kebanyakan telur, bentuk telur burung unta ini tidaklah bulat sempurna seperti bola kaki. Ada sedikit lonjongnya. Ternyata para ilmuwan juga mengetahui bahwa bentuk bumi tidaklah bulat sempurna melainkan agak pipih di kedua kutubnya. Artinya, diameter bumi lebih pendek pada daerah kutub dibandingkan dengan pada daerah katulistiwa.

Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa Al Qur’an tidak menyatakan bahwa bentuk bumi adalah datar sebagaimana anggapan mereka yang mempercayai faham “Bumi Datar”. Bahkan sebaliknya, Al Qur’an menyiratkan bentuk bumi yang bulat sesuai dengan kajian ilmiah mutakhir.

Semoga bermanfaat.